Sejarah Munculnya Tari Tanggai
Sejak jaman kolonial, di Sumatera Selatan sudah dikenal banyak tarian yg membawa tepak dan memakai tanggai, yg berfungsi sebagai Tari Sambut, namun judul, gerak dan irama tari disesuaikan dengan daerah masing-masing.
Begitupun juga di Palembang juga ada tari yang memakai tanggai yang merupakan salah satu tarian tradisional yang berkembang di Palembang.
Konon, menurut berita-berita yang beredar, banyak yang mengatakan kalau pada abad ke-5 Masehi, tari yang memakai tanggai merupakan tari persembahan terhadap dewa Siwa dengan menbawa sesajian yang berisi buah dan beranekan ragam bunga, karena tari ini berfungsi sebagai tari persembahan pengantar sesajian maka tari yang memakai tanggai pada zaman dahulu di katagorikan tarian yang sakral.
Disebut tari yang memakai tanggai karena setiap penarinya menggunakan properti (alat) tanggai di delapan jari (kecuali jempol) dan ditarikan dengan mengutamakan kelentikan jari. Kalo buyut-buyut kami tidak menyebut tari yang memakai tanggai itu sebagai tari Tanggai, tapi tari Tepak.
Memasuki tahun 1920, tari yang memakai tanggai digunakan untuk mencari jodoh oleh para orang tua di Palembang atau disebut Rasan Tuo.
Pada tahun 1965 setelah terjadi pelarangan Lagu dan Tari Gending Sriwijaya tari sambut yang juga memakai tanggai dan membawa tepak untuk ditampilkan karena alasan politis. Atas inisiatif almarhum Raden Husin Natodirajo dan Mgs Nungcik Asaari budayawan Palembang tahun 1965 di Jakarta meminta Bunda Elly Rudy untuk menciptakan tari yang membawa tepak dan memakai tanggai, ini juga berfungsi sebagai Tari Sambut menyambut kedatangan tamu agung yang datang berkunjung ke Palembang. Hal ini sdh diperkuat oleh budayawan Palembang almarhum R. Johan Hanafiah.
Maka Bunda Elly Rudy menciptakan tari yg berjudul Tari Tanggai dengan menggunakan lagu “Enam Saudara”. Bunda Elly Rudy, menciptakan tari yg berjudul Tari Tanggai ini terinspirasi dari adat rasan tuo. Tari Tanggai karya Bunda Elly Rudy ini bahkan sdh dibukukan oleh almarhum Sartono, M. Sn., dan Yuli Sudartati M. Sn., dalam buku yang berjudul Tari Tanggai Selayang Pandang.
Bunda Elly Rudy bersama penari Tari Tanggai dari Sanggar Seruni Palembang |
Sementara dalam bukunya Seputar Tari Tanggai (2007), Sartono, M. Sn. mengatakan bahwa tari yang berjudul Tari Tanggai pertama kali diciptakan oleh Bunda Elly Rudy yang merupakan salah satu penari generasi kedua yang mempelajari tari Gending Sriwijaya. Sedangkan nama Tanggai itu sendiri diambil dari salah satu properti tari yang digunakan. Bunda Elly Rudy memang benar yang menciptakan Tari Tanggai karena Sartono, M. Sn. telah melakukan penelitian secara akademisi dalam bukunya yang berjudul Tari Tanggai karya Bunda Elly Rudy sebagai Tari Penyambutan Tamu Kehormatan, yang diterbitkan tahun 2000. Sartono telah melakukan berbagai penelitian berupa analisis, koreografi dan fungsi Tari Tanggai ciptaan Bunda Elly Rudy.
Penari Tari Tanggai dari Polsri Palembang dibawah asuhan Bunda Elly Rudy |
Selama berproses 57 tahun setelah menciptakan Tari Tanggai, tidak pernah ada polemik yang berkembang dalam masyarakat dan Tari Tanggai karya Bunda Elly Rudy bisa diterima oleh masyarakat bahkan Tari Tanggai karya Bunda Elly Rudy sudah menjadi bahan ajar di SMKIK tahun 1984, dan sudah menjadi bahan ajar di Universitas PGRI Prodi Seni Pertunjukan kurikulum Tari Daerah Setempat (TDS) sejak tahun 2006 sampai hari ini.
Comments
Post a Comment